Seratus Delapan Puluh Derajat
“Mak, aku berangkat
sekolah..”, teriak Adil.
“Iya nak, sebentar..”.
Teriak ibu paruh baya yang terburu-buru berlari meninggalkan dapur menemui sang
buah hati. Namun, Adil sudah tak ada lagi di rumah..
..
Tet...tet....
bunyi bel menggema di sekolah menandakan jam pelajaran pertama akan segera di mulai.
bunyi bel menggema di sekolah menandakan jam pelajaran pertama akan segera di mulai.
“untung aja, kalau aku
sampai telat gak bakal bisa masuk di kelasnya pak Tejo”, suara lirih sambil
mengelus dada.
“Assalamu’alaikum....”
suara yang lantang dan berwibawa
“Wa’alaikumussalam”..
jawab murid-murid kompak.
“Bagaimana kabar kalian
semua? Semoga selalu sehat semangat ya.”
“Alhamdulillah kalau
kabar sehat pak, Cuma hati aja agak ngenes pak”, sahut Dilan.
“wah, baru diputusin
sama miela ya?”, tanya pak Tejo.
“huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”,
sorak teman sekelas.
Dengan lembut Pak Tejo
memegang pundak Dilan, “sudah, patah hati itu memang sakit tapi banyak menumpuk
dosa jauh lebih sakit lagi di akhirat”.
“iihhhh.. Bapak, ngeri
kata-katanya”, ucap Dilan.
“Hehehe, sudah ya, gak
perlu patah hati, jodoh itu Allah yang ngatur.. toh banyak orang yang udah
pacaran selama bertahun-tahun terus nikahnya bukan sama pacarnya. Pacaran itu
gak menjanjiikan kamu akan hidup bersama dia. kuncinya yakin aja sama Allah,
pasti Allah akan memberikan yang terbaik, jadi semangat ya Dilan.. harus bisa move on”.
“Insyaa Allah siap pak”
“Baik anak-anak hari
ini hari pertama kita berjumpa di semester ini, sebelum memulai pelajaran Bapak
ingin kita diskusi sebentar, menurut kalian sejarah itu apa? Dan kira-kira penting
gak?”
“Kejadian masa lalu
pak. Gak penting pak, karna sejarah itu membosankan dan membuat ngantuk Pak”,
sahut Dadan.
“Iya pak sejarah itu
membosankan, ngapain ya pak kita belajar sejarah kan sejarah itu masa lalu yang
gak akan bisa kembali lagi” sahut Dilan.
“Ada lagi yang ,mau
berpendapat?”, tanya Pak Tejo.
“Jawaban saya sama seperti Dilan pak, tapi saya boeh bertanya pak?, tanya Adil.
“Iya silahkan”
“Kenapa ya pak, Bapak
selalu bertanya soal sejarah, semester lalu saat bapak menggantikan Ibu Misna
saat mengajar sejarah di kelas kami Bapak juga
bertanya menurut kalian sejarah itu apa dan apakah sejarah itu penting?
Dan sampai sekarang pun rasanya jawaban kami masih sama seperti yang dulu bahwa
sejarah itu membosankan Pak”, ucap Adil.
“Dengan tersenyum manis
pak Tejo mulai menjelaskan , “sekarang bapak tanya kepada kalian kalian tahu tanggal
lahir kalian?”, tanya Pak Tejo.
“Tahu pak”
“Kaian tahu di mana
kalian di ahirkan? Nama ibu yang melahirkan kalian?”
“Yah, kalau itu pasti
ingat pak, mana mungkin lupa”, jawab Dilan.
“Nah, kira-kira itu
terjadinya kapan?”, tanya pak Tejo.
“Udah lama pak”,
“ Nah, tadi kalian
mengatakan bahwa sejarah itu kejadian yang terjadi di masa lalau, berarti ??”
“Berarti itu termasuk
sejarah “ sambung Adil.
“Kira-kira penting gak
?”
“Yah penting dong pak,
kan aneh kalau anak lupa sama nama ibunya”,
“Nah itu kalian tahu”. kata Pak Tejo.
“Tapi kan pak ..... itu
beda”, jawab Dadan.
“Bedanya di mana? Kalau
begitu kita samakan persepsi dulu sejarah itu apa, apakah kalian sepakat bahwa
sejarah itu adalah kejadian yang terjadi di masa lalu?”, tanya Pak Tejo.
“Iya sepakat”
“Beararti yang tadi itu
termasuk sejarah dan sejarah itu penting”, sahut Adil.
“Berarti saat saya
diputusin sama Milea itu juga sejarah ya pak? Hah sejarah yang menyedihkan”,
sela Dilan.
“Huuuuuuuu............”,
sorak murid-mirid.
“Baik anak-anak kita
mulai pelajaran kita hari ini ya. Kita kan membahas mengenai pentingnya
sejarah”.
“Nah ada yang mau
bercerita sedikit tentang sejarah indonesia?”, tanya Pak Tejo.
“Saya pak, Indonesia adalah
satu-satuny negara yang berjuang melawan para penjajah, ribuan jiwa rela
meregang nyawa untuk memerdekakan indonesia, dan yang paling saya ingat itu pak
perjuanag 10 november yang kita kenal sekarang dengan hari pahlawan”, jawab
Asinta.
“Bagus, ada agi yang
mau berserita?”, Pak Tejo kembali bertanya.
Kelas pun hening...
“Baik kalu tidak ada lagi
yang mau bercerita sekarang Bapak yang kan bertanya, kalian cinta gak dengan
negara ini?”
“Cinta pak”, jawab para
murid.
“Terus apa buktinya?”
Hening..
“Saat masih ada kata
pengorbanan maka itu bukan cinta, karena cinta butuh keteguhan dan kesungguhan.
Jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan padamu tapi tanyakan pada dirimu
apa yang sidah kau lakukan untuk bangsa ini”, kata Pak Tejo.
“Kalian tahu nak, kenapa
indonesia seperti sekarang ini, seperti kehilangan jati diri?”
“karena banyak koruptor
pak”, jawab Dilan.
“karena banyak
orang yang haus kekuasaan pak”, jawab
Dadan.
“karna pergaulan bebas,
dan narkoba pak”, jawab Asinta.
“Iya, itu semua benar
tapi ada hal yang paling mendasar lagi dari itu semua”.
“Apa itu pak,?, tanya
Adil.
“Karena kita teah
kehilangan mata rantai penghubung generasi emas di negara ini”.
“Maksudnya pak?”, Dadan
bingung.
“Kalian tahu negara Turki?”
“Oh, yang presidennya
Erdogan kan pak?, jawab Dadan.
“Ya, benar sekali,
kalian tahu kenapa mereka bisa maju dengan cepat?”
“Karena presidennya
jujur Pak, alim lagi”, jawab Adil.
“Iya itu benar, dan satu
lagi karena mereka punya sejarah yang luar biasa dan mereka pun tahu itu.
Mereka pernah menjadi pemimpin peradaban dunia selama 900 tahun. 900 tahun
bukanah waktu yang singkat, panglima dan pasukan terbaik yang pernah dikabarkan
Rasullulah juga berasal dari sana yang kita kenal dengan Muhammad Al Fatih
penakluk Konstantinopel. Berbeda dengan kita, yang bingung dengan sejarah
bangsanya bahkan saat diajak berbicara soal sejarah merasa aneh, lebih suka
kalau di ajak nonton konser yang ngeluarin duit ratusan ribu, katanya biar
dibilang kekinian. Hingga akhirnya kita gak tahu sejarah kita sendiri dan orang
dari negara lain yang sibuk membuat sejarah bangsa kita, dan tak semua yang
terceritakan. Mirisnya untuk mempelajari sejarah kita sendiri kita perlu ke
luar negeri karena banyak bukti-bukti sejarah yang tersimpan di sana”, jelas
Pak Tejo.
“Sejarah memang masa lalu,
tapi dia yang menguasai masa silam
menguasai masa depan, dia yang menguasai hari ini menguasai masa silam”
“Hah, kok bisa pak?”,
tanya Dadan.
“Iya itulah
kenyataannya, oleh karena itu kenalilah sejarah bangsamu maka cinta itu akan terbangun
semakin mengenalnya maka cinta itu akan semakin tinggi. Bersama mengenal Indonesia,
berbuat untuk Indonesia, bersama menjayakan Indonesia”, jawab Pak Tejo.
Tet..tet....
bunyi bel pertanda istirahat, Pak Tejo pun menutup kelasnya dan memberika tugas kepada muridnya untuk membaca sejarah indonesia sebagai bahan diskusi minggu depan.
bunyi bel pertanda istirahat, Pak Tejo pun menutup kelasnya dan memberika tugas kepada muridnya untuk membaca sejarah indonesia sebagai bahan diskusi minggu depan.
.......
“Assalamu’alaikum...
Mak, Adil pulang. Maaf ya Mak tadi pagi Adil langsung berangkat takut terlambat
karena hari ini belajar dengan pak Tejo guru sejarah pengganti Bu Misna yang
lagi cuti melahirkan, soalnya kata teman-teman kelas lain kalau ada yang
terlambat masuk kelas Pak Tejo bakalan diusir gak boleh masuk ke kelas”, kata
Adil.
“Gimana sih Dil, kok
takutnya sama Pak Tejo. Takut itu sama Gusti Allah, bukan sama manusia. Makanya
kalau gak mau terlambat habis subuh jangan tidur lagi”, kata Emak.
“Hehe iya mak”, kata
Adil sambil tersenyum malu.
“Jadi, tadi belajar apa
sama pak Tejo?”, tanya Emak.
“Belajar sejarah mak,
keren bapaknya dalam menerangkan pelajaran semua murid sekelas terpana mak dan
pada semangat semua dengan tugas yang diberikan Pak Tejo”, jawab Adil.
“Apa tugasnya”
“Di suruh baca buku
tentang sejarah bangsa Indonesia, rasanya senang mak di ajar sama pak Tejo
teman-teman sekelas yang dulunya malas gak peduli sama sejarah sekarang berubah
seratus deapan puluh derajat pada semangat semua untuk belajar sejarah”, jelas
Adil.
“Alhamdulillah kalau
begitu, sholat dlu Dil terus makan dan istirahat”,
“Sholat tadi udah mak
di Sekolah jamaah tadi”
“Alhamdulillah kalu
gitu makan aja, tadi emak masakin masakan kesukaanmu tempoyak patin”, kata
Emak.
“Makasi mak”, sambil
memeluk Emak dan langsung meluncur ke dapur mengambil makanan kesukaan.
Tari_Jambi
#Ini dakwahku, mana dakwahmu
#Ini dakwahku, mana dakwahmu
Komentar
Posting Komentar