Idealis dan Realitas

Mahasiswa, masa yang penuh dengan idealitas, semua dipandang sebagai secara sempurna dan utuh. saat menjadi mahasiwa semangat membara ingin terus menjadi agent of change dan iron stock. niat dan kesungguhan itu akan diuji saat paska kampus. saat dulu mungkin pergi pagi pulang sore menjadi hal biasa bagi para mahasiswa.

saat pasca kampus, bertambah pula amanah yang harus dijalankan, bertambah tuntutan pula dari orang tua,dan lama-kelamaan idealis dan realitas terkadang menjadi suatu hal yang betabrakan, semua gak sesuai dengan yang dibayangkan, maka timbullah kekecewaan. namun, yang menjadi masalah disini adalah bukanlah kekecewaan itu tapi bagaimana kita me manage kekecewaan itu.
kekecewaan hanya akan muncul saat kita terlalu banyak berharap pada makhluk, dan kita lupa kepada sang pencipta.

dahulu mungkin kita pernah bercita-cita ingin melakukan yang terbaik untuk negeri ini semampu kita, dan saat cita-cita itu mulai mengahampiru si idealis tadi langsung menerima dengan senang hati, karna cita-citanya bisa ia capai. namun, realitas datang menjadi kebimbangan pada diri wanita itu, saat dia berusaha menjaga cita-citanya itu yang di pandangan mata orang lain mungkin bukanlah suatu pekerjaan yang pantas karna yang ia kerjakan tak sebanding dengan yang ia dapatkan, namun si gadis ini tetap santai saja hingga tanggapan itu datang dari orang tuanya.

"sampai kapan mau ngajar-ngajar seperti ini?"
"gak tahu pak, insyaa allah akan dipermudah sama Allah semuanya"
"emang gaji kamu berapa?"
"sambil tersipu malu, hehe cukuplah kalau untuk beli minyak motor tapi Mita sambil usaha juga kok pak"
"usaha apa?"
"jualan-jualan lah pokokya", sambil tersenyum dan terlihat giginya yang tersusun rapi.

......
dalam kesunyian malam kata-kata bapak mulai terngiang-ngiang di kepala. "samapai kapan mau seperti ngajar-ngajar ini?". harapan yang mungkin dia impikan belum juga ia dapatkan. merasa bersalah itu pasti, karena semua anak pasti selalu ingin memberikan yang terbaik untuk orang tuanya, dan yang menurut kita baik belum tentu baginya pun baik.

"pak, maaf kan Mita yang belum bia memberikan apa yang kau harapkan, tapi satu hal yang selalu aku tancapkan pada hati ku, bahwa aku hanya ingin menjadi anak yang shalelah untuk mu, dan akau akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu karna Allah"

"Bapak, mungkin dulu saat aku sedang kuliah engkau berharap setelah lulus nanti aku akna seperti ini dan seperti ini, namun yang kau lihat sekarang bukanlah seperti yang kau impikan, sekali lagi aku minta maaf pak"

"Insyaa Allah apa yang kau jalankan sekarang itu membuatku bahagia. mungkin jika dinilai dari kacamata harta aku masih seprti semut kecil di dalam keramaian, bukannya aku tak terobsesi dengan dunia, tapi kau lah yang mengajarkan ku pak untuk menjadi orang yang tidak terlalu berambisi dengan dunia, kau jugalah yang mengajarkanku untuk menjadi orang yang jauh peduli kepada sesama"

Aku masih kejadian itu, saat kau hany punya uang 1 lembar seratus ribuan, kemudian datang tetangga yang ingin mmeminjamkan uang, kemudian engkau berikan 1 lembar uang yang kau punya itu dengan alasan, "mereka jauh lebih butuh, walaupun kita sulit masih ada orang yang lebih sulit dari kita"

sejak saat itu tumbuh rasa ingin menjadi seperti itu menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain' "Aku hanya ingin terus menjaga niat ini dan terus bergerak berusaha mendidik anak-anak yang akan membangun bangsa ini, karena itu juga harapanmu padaku dahulu kan ? menjadi seorang guru?"

"maka aku mohon padamu pak, bantu aku untuk terus istiqomah disini, meskipun apa yang aku hasilkan dari sini tak sebesar mereka yang bekerja di perusahaan, kantoran dan institusi lainnya. doakanlah aku untuk mendapatkan yang terbaik, karen aku yakin doamulah yang selalu membawa keRidhoan Allah datang pada ku"

"aku sayang padamu pak, semoga Allah selalu menjaga kita"
aamiin


cuitan wanita itu di sepertiga malamnya,
..





Komentar

Postingan populer dari blog ini

masalah pendidikan: kurangnya perhatian guru terhadap siswa

Untaian Kata Cinta 04

Perahu Kehidupan Part 02